27
Jan
Kisah Penjual Tempe-The Power of Doa [again]
Posted by iDa_941
hari ini, jumat, 27 januari 2012...
alhamdulillah, hari ini lingkara kedua di pogungrejo...
satu hal yg bisa diingat: ketika kita merasa malas melakukan kebaikan, maka bisa jadi saat itu hati kita sedang sakit, sedang kotor. jadi, berusahalah utk memulihkannya...
* kepingan yg lain insyaAllah besok akan saya lanjutkan.
iyes!
sedikit berbagi kisah inspirasi, semoga bermanfaat...
(sumber: dari fb --> kisah penjual tempe)
mungki kita pun pernah mengalaminya...subhanallah,,betapa Allah Maha Mengabulkan doa-doa kita...
=========================================
Allah Lebih Tahu Apa Yang Kita Butuh Saat ini Di Karangayu, sebuah
desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplahseorang ibu penjual tempe.Tak ada
pekerjaan lain yang dapat dia lakukan sebagai penyambung hidup.Meski
demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup
dengan riang. "Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga,kenapa aku harusmenyesalinya. .." demikian dia selalu memaknai hidupnya.
Suatu pagi, setelah salat Subuh, dia pun berkemas.Ia mengambil keranjang bambutempat tempe, dia berjalan ke
dapur.
Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi,
deg! dadanya gemuruh.Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi.
Masih berupa kacang kedelai, sebagian berderai, belum disatukan
ikatan-ikatan putih kapas dari peragian.
Tempe itu masih
harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia
bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk makan,
dan modal membeli kacang kedelai, yang akan dia olah kembali menjadi
tempe. Di tengah putus asa,terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika
meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di
tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau
tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina
ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya
kepada-Mu kuserahkan nasibku..."
Dalam hati, dia yakin,
Allah akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan
daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu.
Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan,
dia buka daun pembungkus tempe. Dan ternyata….. tempe itu masih belum
juga berubah. Kacang kedelainya belum semua menyatu oleh kapas-kapas
ragi putih.
Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia
yakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya dan tempe itu pasti akan
jadi. Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambaNYA yang setia
menghiba kepadaNYA. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke
dalam keranjang,dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada
yang mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku
lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah,
jadikanlah.Bantulah aku, kabulkan doaku..."
Sebelum
mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus
tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip
dari daun itu, dan... belum jadi juga ternyata. Kacang kedelai itu
belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang
kedelai tersebut. "Keajaiban Allah akan datang.... pasti," yakinnya.
Dia pun berjalan ke pasar.
Di sepanjang perjalanan itu,
dia yakin, "Tangan" Allah tengah bekerja untuk mematangkan proses
peragian atas tempe- tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa...
berkali- kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya. Sampai
di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan
keranjang-keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe!" batinnya.
Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan.
Dan...
dia terkaget ternyata tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama
seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi. Air mata menitiki
keriput pipinya. Kenapa doaku belum dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak
jadi? Apakah Allah ingin melihat aku menderita? Mungkin aku banyak
kesalahan? Demikian batinnya berkecamuk. Dengan lemas, dia gelar
tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan.
Tangannya
lemas, keyakinannya memudar mungkin tak akan ada yang mau membeli
tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Apakah
Allah telah meninggalkan aku , batinnya. Airmatanya kian menitik.
Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia pun tak akan dapat
makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-
temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai
berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku.
Kesedihannya mulai memuncak.
Diingatnya, tak pernah dia
mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian
gemuruh. Dia merasa cobaan itu terasa berat... Di tengah kesedihan itu,
sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. dia memalingkan wajah, seorang
perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. "Maaf Ibu,
apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-
cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya?" Penjual tempe
itu bengong. Terkesima.
Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa
menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan.
"Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau
kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan
jadikan tempe..." Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah
ragu, dia letakkan lagi. "jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe..."
"Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan
itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini?
Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan
dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu.
Dan
apa yang dia lihat, sahabat?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat
tempe yang masih sama. Belum jadi! "Alhamdulillah!" pekiknya, tanpa
sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari
membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya,
mencari tempe kok yang belum jadi?" "Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya,
si Shalauddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe,
asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun
mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana
masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?".Tempe-tempe
itupun diborong habis oleh si ibu cantik tadi.
Sahabat,
begitulah sekilas kehidupan orang yang lemah, setelah upaya maksimal
sudah sesuai dengan prosedur maka senjata pamungkasnya adalah DOA,
karena merasa tak ada lagi kekuatan yang mampu menolongnya kecuali
kekuatan Allah yang Maha Bisa. Yakinlah kita bahwa Allah selalu memihak
orang-orang yang lemah, terjepit, dan teraniaya, akankah kita tidak
memihak mereka ? bukankah Allah menjanjikan berbagai kemudahan di Dunia
dan Akhirat ketika kita memihak mereka ? “Sesungguhnya Allah ta’ala
hanya MERAHMATI hamba-hambaNya YANG PENGASIH.” (HR. Bukhari) “Orang
yang pengasih akan di kasihi Dzat yang Maha Pengasih, kasihilah yang di
bumi, maka yang di langit akan mengasihimu.” (HR. Tirmidzi)
Sahabatku,
mari kita tengok sebuah hadist berikut ini, “Barang siapa yang menolong
kesusahan orang muslim, maka Allah ta’ala akan menolongnya dari
kesusahan pada hari kiamat.” (HR. Bukhari). “Barang siapa menolong
saudaranya yang membutuhkan maka Allah ta’ala akan menolongnya.” (HR.
Muslim) “Barang siapa yang mempermudah kesulitan orang lain, maka Allah
ta’ala akan mempermudah urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).
Semoga cerita tadi bisa menjadi inspirasi kita untuk hari ini, bahwa doa dan ikhtiar itu adalah kunci dari kesuksan kita.
=========================================================
paragraf terakhir menjadi 1 hal yg mesti digarisbawahi, betapa DOA adalah kekuatan seorang hamba dalam berikhtiar,,,
keep praying...
Merinding aku bacanya
Ya, memang rencana Allah jauh lebih baik dari rencana hambanya.
^_^
iyesss....
betapa Allah itu Maha Mendengar..
doa mjd senjata bagi orang2 mukmin..