{Fresh Orange}

Fresh Orange Blog | Created By Www.BestTheme.Net

Archive for Juni 2012

Semua Tentang Kita

Posted by iDa_941

Sebuah lagu yg begitu indah,
semoga cukup utk membekukan nostalgia kita, 
bersama dengan teman2 seperjuangan...

~Semua Tentang Kita~
by: Peterpan

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita

Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati

Reff:

Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa

Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

back to reff:



Kita...

 
pic source: here

Efek Samping Skripsi (1)

Posted by iDa_941

Skripsi itu...

>> menambah dan memperbanyak teman,
>> memperluas kenalan, teman, sahabat, keluarga,
>> menjalin dan mempererat silaturahim,
>> melekatkan dan mempererat persahabatan,
>> ... *

*silakan diisi sendiri, lewat komentar di bawah, jika berkenan..with a pleasure.. ^_^

Bekerja Adalah Rekreasi

Posted by iDa_941

finish your job 
and turn right into him, him and turn left into her or them; to refresh... 
~cukuplah menjadi teladan dlm kehidupan~

...karena semakin tua, akan semakin banyak amanah yg harus diselesaikan...

be strong! 
keep struggling!

no need to cry...if it makes u be weak..
but if it make u more comfort and calm, let's cry... 

[once again]
||Bekerja adalah rekreasi ||

Dalam Doaku

Posted by iDa_941

Dalam Doaku
Buah Pena: Sapardi Joko Damono
(dari kumpulan sajak “Hujan Bulan Juni” 1989)



Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku

Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan keselamatanmu

source: here


if you wanna see it's poem musicalization, click the video below:



video source: here

Self Reminder*

Posted by iDa_941

jika saja ada sedikit kesabaran yg engkau terus perjuangkan, maka manisnya akan lebih terasa..insyaAllah...
~HikmahKamisDiniHari~



memang, meskipun itu terasa sulit untuk dilakukan/diteruskan, namun sedikit paksakanlah...
karena di ujung sana ada sungai yg melegakan dahaga yg tak tertahankan...

*jadi ingat telaga al kautsar yg Allah janjikan di surga-Nya...
di surga ada sebuah telaga yg airnya lebih putih dari susu, lebih manis dari madu dan lebih harum daripada minyak kesturi...
sebuah telaga di mana ketika 1 teguk kita minum airnya, akan menghapus dahaga selamanya...subhanallah...


telaga al kautsar jauh lebih indah dari ini



AYO, AYO!!!
BERLOMBA-LOMBA UNTUK SABAR!
Bismillah...

*tanda " * " di atas menerangkan self reminder yg ke berapa, lupa..yg jelas lagi2 tentang SABAR... :)

Sedikit Nostalgia

Posted by iDa_941

tadi pagi, ke sekolahku dulu, SD N Karangjati tercinta.. (nama aslinya ga pake tercinta ding)
alhamdulillah, banyak hal yg sudah berubah menjadi semakin baik..
gentingnya,
catnya,
lantainya,
ternitnya,
parkirannya,
tempat jajannya, 
kamar mandinya,
dan sekarang sudah ada mushollanya lho.. "Asna Baiti"
alhamdulillah yaah..sessssuatu bangeddzz...
semoga warga-warganya pun juga bertambah baik, guru-gurunya, murid-muridnya, dan karyawan2nya...aamiin..




melihat mereka, adek2ku..
lalu terbayang masa lalu, hampir 10 tahun yang lalu, aku sedang seperti mereka
bercengkerama sambil jongkok menjadi hal mengasyikkan tersendiri bagi kami,
sambil membentuk relief-relief tak jelas di tanah menggunakan ranting, batu, kreweng, atau apapun itu..
ya Allah...sungguh nikmatnya...
lalu lonceng besi berbunyi, kami beranjak dari ke-pewe-an kami
melanjutkan belajar bersama teman-teman seperjuangan dan guru-guru kami
pak aji, bu sri, bu mar, bu asri, bu supi, bu wiwik, bu kismi, pak tupan (allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu), miss puji, miss endah, pak legiman, bu jimah, bu ngudi, pak zainudin, hm..siapa lagi ya...
pulang adalah salah satu hal yg menyenangkan (selain waktu istirahat, jajan, olahraga, dan serangkaian kejadian di kelas)
melewati sawah atau jalan raya menjadi suatu pilihan alternatif perjalanan
keduanya sama-sama asyik dan memiliki kesan tersendiri..
masing2 memiliki cerita tersendiri..
sawah yg bertiang puluhan pohon palem yg berjejer dgn gagahnya, pematang yg bersahabat, dan hamparan padi dari yg hijau sampai kuning ada di situ.
juga sawah yg diakrabi oleh puluhan keong emas 
*(jadi ingat dulu pulang sekolah mengumpulkan keong emas untuk: DIJUAL! :D 
maksud hati ingin meniru mas2 penjual 'pong2an' yang 1 ekor bisa laku 500-1000 rupiah. tapi sampai rumah ndak sampai 1 hari e sudah pada mrambat keluar ember dan wassalam... hehe, dasar anak-anak, belum bisa membedakan mana yg pong2an beneran dan mana yg palsu...tapi ndak papa, buat pengalaman, ya ndak? :D )
jalan raya yg memandu kami untuk terus bercerita sepanjang jalan, 
merangsang kami untuk menyanyi, lagu apapun itu, mulai dari pop, campursari hingga dangdut..semuanya terekam oleh hamparan aspal beku itu...
hingga tak jarang ejekan-ejekan '... i love you ...' terkenal juga ikut terekam dalam pita aspal ini...
tapi masih ada 1 jalan lagi untuk pulang, yakni 'lewat ndesa'
pulang melewati jalan berkonblok, lalu bertanah, lalu berkonblok adalah hal yg tak kalah mengasyikkan
karena di tengah perjalanan kami akan melewati jembatan bambu pendek (sekitar 4-5 meter) yg dibawahnya mengalir sungai kecil (kalen). 
kalau hujan, kami harus berhati-hati dalam berjalan karena bambunya licin terkena air hujan.
beberapa temanku bahkan ada yg tak sengaja tercebur, 
tapi alhamdulillah ndak papa karena ketinggian air tak sampai 30 cm dan itu terjadi ketika pulang sekolah..jadi tak perlu menanggung malu karena yg ia tuju adalah rumah, bukan sekolah...hehe..
ada pula yg sengaja bergelantungan pada pegangan bambunya demi sebuah ajang 'kegengsian kecil2an' untuk menunjukkan bahwa 'i can do it!'
tapi tak lama kemudian, 'gedebug!'
nyebur deh...hehe.. :)
dan tadi, aku melihat secuil potongan episode kita di sana
yah, meski hanya secuil, tapi sedikit mampu mengganjal rasa lapar di dalam perut kerinduanku akan kalian, teman2ku...
bertemu dengan bu sri dan sedikit berbincang2 dg beliau..
meski awalnya pangling, tapi setelah aku memperkenalkan diri, alhamdulillah beliau masih ingat.. :)
obrolan pun berlanjut tentang guru-guru yg masih dan sudah tidak ngajar lagi di sini..
lalu tentang kelulusan SD, de el el...
oya, masih ingat kamar mandi kita dulu kawan?
sumur yg setiap hari dipiketi untuk ditimba kita...
padasan tanah liat yg diantri untuk wudhu sekelas..
gayung plastik berlumut yg sudah benthet (bocor) bahkan pecah tinggal separo
juga gayung 'jadi2an' dari bathok... (masih ingat? ) :D
dan kamar mandi yg parfumnyaaa.....hmm....begitu menggoda..hehehe...
hingga tempat buang air kecil siswa laki2 yg sering kita manfaatkan untuk berganti baju olahraga sambil kucing2an dengan mereka para lelaki karena khawatir jika ada yg mengintip..
alhamdulillah...
semua itu kini sudah berubah kawan...
kamar mandinya sudah dipugar,
1 padasan beranak jadi beberapa pancuran..
gayung plastik sudah terjangkau
2012 nimba? dah nggak jamannya kalee...hehe...
dan kalau mau sholat, ndak perlu angkat2 kursi, nyapu2 kelas dan ngelar2 tikar karena sudah ada musholla 
alhamdulillah..senangnya.. :'D
tapi penjualnya sekarang cuma 1, mbokdhe pon 
(dan pak ranto ding)
mbokdhe tugir (kata husna) dulu pernah berjualan sampai tahun kemarin kalo ndak salah, tapi sekarang dah ga jualan di SD lagi, ndak tau kenapa
lalu mbokdhe siti, memang sudah lama tidak jualan
masih teringat dalam kenangan ketika kita asyik bercengkrama saat istirahat dan menikmati rambak yg diremuk lalu ditunagi sambal cair di atasnya..hmm...lezzaaattnya... apa lagi ditambahi krip2..hehe..
lalu mlinjo? kerang? sempe? es dawet slawe mbokdhe pon? 
masih ingatkah kalian akan rasa-rasa itu kawan?
wah, jadi tambah kangen ni... T_T
btw2, kapan kita reuni lagi kawan?
terakhir reuni kita 10 Januari 2010, masih ingat? api unggun berbensin di tengah lapangan...
ayoo..ayoo..kapan direncanakan lagi? 
teruntuk teman2ku, 
ifah, aning, mb.afni, rina, mb.nia. rahma, nita, isti, dek lusi, anti, isti, marni, ummi, sulis, farida, bowo, tono, sugi, wawah, nardi, mail, sofi, robit, ainun, faisal, lambang, wahyu, mas alwi, purnomo, toro, siapa lagi ya...wawan, fajar, gianto  (meski tidak bersama sampai akhir), 
apapun yg sedang kalian lakukan saat ini dan nanti, semoga Allah meridhai dan memberkahi segala ikhtiar kita...sukses untuk kita semua...aamiin ya Rabbal'alamiin...


dan special untuk adikku, husna shalihah, 
I'M PROUD OF YOU!
mb.ida salut sama kamu! d ^_^ b
Allah melihat segala ikhtiar dan usahamu, itulah yg penting, Na...
urusan hasil, itu hak Allah...
semuanya sudah diatur dan direncanakan sama Allah...
sekarang tinggal dismangati dan terus maju!
KAMU PASTI BISA!!!
Semoga makin dewasa dan shalihah...aamiin ya Allah...


~ alhamdulillah, sabtu, 9 juni 2012 11: 57 pm astaghfirullah ~


#job & self reminder#

Be A Shalihah Woman, Wife, and Mother

Posted by iDa_941

waktu mbuka twitter, ndak sengaja lihat twitter temen, buka blognya, dan baca2, 
trus nemu tulisan ini,,
lalu terpaku beberapa menit..
diam.
merinding.
terharu.
sedih.
nangis....

di luar kisah ini fiksi atau fakta, yg jelas banyak pelajaran yg bisa diambil dari cerita ini. 
panjang memang, tapi nikmati saja setiap kalimatnya..
semoga bermanfaat..
*special thanks to rkarlinawati.blogspot.com (reny)
selamat meresapi...

Aku Terpaksa Menikahinya

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

source: http://www.voa-islam.com//photos/Bataku/suami_istri3.jpg


*source: http://rkarlinawati.blogspot.com/2012/04/aku-terpaksa-menikahinya.html?showComment= 1339250835562#c8391583775756795813


pernah membaca kisah serupa tapi inti ceritanya berbeda. meski demikian, salah satu hikmah yg diambil adalah selagi masih ada waktu dan kesempatan, pergunakan dengan sebaik-baiknya..
pergunakan untuk beramal sebanyak-banyaknya sebagai bekal pulang nanti...
pun dengan birrul walidain, berbuat baik dengan orang tua kita (khususnya saya sendiri). 
lalu dengan suami (kelak jika sudah menikah) dan anak-anak.
jadi teringat nasihat dari bu Inna, guru Matematika sebuah SMP di Jogja, "kehormatan wanita yg sesungguhnya adalah setelah menikah."
entah makna apa yg ingin beliau utarakan kepada kami, akan tetapi beliau memaparkan pengalamannya, mulai dari menikah, suami yg masih nol, kelahiran 4 anaknya, hingga rezeki.
intinya sekarang harus mau rekasa, biar besok ketika mendapat kenikmatan, itu terasa...
oke? oke!

Duhai Hati, Bersabarlah

Posted by iDa_941

malam ini, saat membuka facebook, tak sengaja melihat foto salah seorang sahabat baikku.
dia termasuk sahabat pertamaku ketika masuk kuliah di UNY, hampir 4 tahun yg lalu..
melihat fotonya sekarang...hmm... :)
salut aku!

ada perasaan bahagia dan haru ketika melihat sahabat saudara kita kini telah berubah menjadi lebih baik...makin shalih dan shalihah..
alhamdulillah..

lalu teringat episode lalu, ketika waktu tidak seperti ini
waktu itu, 
waktu masih unyu-unyu (?), 
waktu masjid mujahidin masih beridentitaskan papan kayu putih,
waktu kampus masih menjadi dunia yg awam bagi kami,

kami terkesan dengan semuamu..
sosok kakak, sekaligus sahabat dan pemandu yg begitu baik...
lalu datanglah mereka (mungkin lebih tepatnya, datanglah aku menghampirimu dan mereka, hehe, maklum telat lari)

hingga saat ini, masih kusimpan kertas biru mungil yg sejenak mengambigukanku mengenai 'persegi' atau 'persegi panjang'
tapi semua itu kusyukuri karena aku bisa menjadi 'adik'-mu...

BUNSEN (aku akan merindukanmu)

entah apa yg terjadi denganku dulu (dan sekarang) jika aku bergabung dg 'persegi panjang'
mungkin akan lain ceritanya..
tapi tak usah berandai-andai karena aku yakin bahwa Allah telah menakdirkan untuk mempertemukanku dengan kalian...
sebuah awal pertemuan yg indah dan terjalinnya ukhuwah yg mengesankan, hingga sekarang...
alhamdulillah...

entah.
aku tak (begitu) tahu apa yg telah terjadi selama itu...
namun aku bahagia, bersyukur dan senang melihatnya, tersenyum...

yang aku tahu, semua ini, (jelas) pasti butuh proses..
cepat atau lambat, itu kehendak Allah, 
karena tugas manusia adalah terus berikhtiar
dan (proses) ikhtiar itulah yang Allah lihat, bukan pada hasil akhirnya..
urusan hasil, itu hak Allah...

memang terkadang sesuatu yg kita harapkan tidak selalu terwujud sesuai dgn apa yg kita inginkan...
Allah lebih tahu waktu yg terbaik untuk mewujudkannya..
bahkan mungkin kita tak sempat menikmati buah dari pohon perjuangan karena sang waktu yg menjeda..
tetapi setidaknya apa yg telah kita tanam kini berbuah manis dan merindangi orang lain...

dan ingat, selama proses pemanisan dan perindangan benih itu ada tangan-tangan lain yang bekerja,,,mereka membantu menyiram, memupuk dan menjaga...
serta doa-doa yg senantiasa terlantun dari mereka nun jauh di sana..
hingga Allah berkenan mengabulkan..
Tebarkanlah cinta, dimanapun juga. karena setiap orang berhak mendapatkannya.


 

Duhai hati, bersabarlah... 

semuanya butuh proses..
yg penting terus belajar..belajar..dan belajar...
ikhtiar..ikhtiar..dan memaksimalkan ikhtiar...
doa dan tawakkal..
lalu serahkan semuanya pada Allah...
insyaAllah,,,aamiin...

Self Reminder (2)

Posted by iDa_941

selagi nafas masih berhembus, jantung masih berdetak dan masih diberi waktu, 

selagi senyumnya masih dapat kita jumpai...
maka muliakanlah ia...sayangi dan cintai ia dengan tulus..
ingatlah mereka selalu...
mereka yang menunggu kabar bahagia itu...
anugerah Allah ini, jagalah dengan baik-baik...
wajah-wajah yang menentramkan dan penuh senyum serta tawa..


Khutbah Rasulullah SAW Menjelang Ramadhan

Posted by iDa_941

sekedar mengingatkan diri sendiri...sebentar lagi Ramadhan..sekarang sudah Rajab, nanti Sya'ban dan insyaAllah 46 hari lagi kita dipertemukan dengan Ramadhan...aamiin ya Rabbal'alamiin...
berikut adalah khutbah yg pernah disampaikan oleh Rasul SAW. semoga kita dapat mengambil hikmahnya...


 Khutbah Rasulullah SAW Menjelang Ramadhan
 (diriwayatkan Imam Ali r.a.)

”Wahai manusia, sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah yang membawa berkah, rahmat, dan maghfirah, bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama, malam-malam pada bulan Ramadhan adalah malam-malam paling utama, jam demi jamnya adalah yang paling utama.
Inilah bulan yang ketika engkau diundang menjadi tetamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya. Pada bulan ini nafasmu menjadi tasbih, tidurmu menjadi ibadah, amal-amalmu diterima, doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah, Rabbmu dengan hati yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitab-Nya. Sungguh celakalah orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini.
Kenanglah rasa lapar dan hausmu sebagaimana kelaparan dan kehausan pada hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakan orangtuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persaudaraan, jaga lidahmu, tahan pandangan dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan tahan pula pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.
Kasihanilah anak yatim, niscaya anak yatim akan dikasihi manusia. Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa di waktu shalatmu karena saat itulah saat paling utama ketika Allah ’Azza Wajalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih sayang. Dia menjawab ketika mereka menyeru-Nya. Dia menyambut ketika mereka memanggil-Nya, dan Dia mengambil doa ketika mereka bermunajat kepada-Nya.
Wahai manusia! Sesungguhnya diri kalian tergadai karena amal-amal kalian, maka bebaskanlah dengan istigfar. Punggung-punggungmu berat karena beban dosamu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah bahwa Allah Swt bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang bersujud, tidak mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbul ’Aalamin.
Wahai manusia, barangsiapa di antaramu memberi makan untuk berbuka kepada kaum mukminin yang melaksanakan shaum pada bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu.”
Para sahabat bertanya,”Kami semua tidak akan mampu berbuat demikian.”
Lalu Rasulullah melanjutkan khutbahnya, “Jagalah diri kalian dari api neraka walau hanya dengan sebiji kurma. Jagalah diri kalian dari api neraka walau hanya dengan setitik air.
Wahai manusia, barangsiapa yang membaguskan akhlaqnya pada bulan ini, ia akan berhasil melewati ‘siraathal mustaqiim’, pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Barangsiapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya dan membantunya pada bulan ini, maka Allah akan meringankan pemeriksaannya pada hari kiamat.
Barangsiapa yang menahan kejelekannya pada bulan ini, Allah akan menahan murkanya pada hari dia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa yang memuliakan anak yatim pada bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari berjumpa dengan-Nya, barangsiapa menyambung tali silaturahmi pada bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari berjumpa dengan-Nya. Dan barangsiapa yang memutuskan silaturrahmi pada bulan ini, Allah akan memutuskan dia dari rahmat-Nya.
Barangsiapa melakukan shalat sunat pada bulan Ramadhan, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa yang melalukan shalat fardhu, baginya ganjaran seperti 70 shalat fardhu pada bulan lain.
Barangsiapa yang memperbanyak shalawat kepadaku pada bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa yang pada bulan ini membaca satu ayat al-Quran, ganjarannya sama dengan mengkhatamkan al-Quran pada bulan-bulan lain.
Wahai manusia, sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya kembali. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonkanlah kepada Rabbmu agar tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar mereka tidak pernah lagi menguasaimu.”
Lalu amirul mukminin, Ali bin Abi Thalib ra., berdiri dan berkata, “Ya Ralulullah! Amal apa yang paling utama pada bulan ini?”
Rasul yang mulia menjawab,”Ya Abul Hasan, amal yang paling utama pada bulan ini adalah menjaga diri dari yang diharamkan Allah Swt.”

source: http://alkautsarpens.files.wordpress.com/2008/08/ramadhan.jpg






Sumber: dari berbagai sumber (internet dan e-book)